Dua Startup Indonesia Yang Berangkat Ke Google Amerika


Dua perusahaan rintisan (startup) asal Indonesia berkesempatan diboyong ke markas Google yang bertempat di Mountain View, California, Amerika Serikat.

Selain Indonesia, ada satu lagi startup dari negara lain yang dibawa untuk menghadiri konferensi tahunan Google I/O yang digelar pada 16-18 Mei 2017 mendatang. Yaitu dari Meksiko.

STARTUP MENJAMUR DI INDONESIA, HANYA SEDIKIT YANG SUKSES

Startup yang dimaksud ialah Pasienia (Indonesia), Reblood (Indonesia), dan Croquetero (Meksiko). Ketiganya yang terpilih dari 469 pelamar dari anggota Google Business Groups (GBG) dan para enterprenir independen di 26 negara.

Disebutkan, pengajuan tersebut merepresentasikan ide-ide besar dari enterpreneur di seluruh dunia, termasuk di antaranya Brasil, Mesir, Maroko, Nigeria, Pakistan, Peru, sampai Uganda.

"Sebagai bentuk perjuangan Google dalam menginspirasi para entrepreneur untuk sanggup mengarahkan bisnis mereka ke ranah online, Google mengundang para anggota GBG global untuk sanggup berpartisipasi dalam sebuah kompetisi dan mengembangkan bagaimana internet dan teknologi mendorong mereka untuk melaksanakan hal-hal yang luar biasa," ujar Google dalam siaran persnya, Senin (10/4/2017).

Baik Pasienia, Reblood, dan Croquetero nantinya akan mendapat kesempatan untuk bertemu para mahir teknologi, inovator, dan pemimpin bisnis.

Sejumlah perjuangan ini mengatakan bagaimana bisnis online juga sanggup meningkatkan bantuan sosial yang positif--baik secara lokal, nasional, dan bahkan global.

1. Pasienia


Start up besutan alumni UGM “Pasienia” dinobatkan sebagai pemenang dalam kompetisi Google Business Group (GBG) Stories. Aplikasi ini berhasil menjadi  juara dunia dengan menyisihkan 468 aplikasi lain dari banyak sekali negara di dunia.

“Dengan kemenangan ini kami diberikan kesempatan untuk bergabung dalam Google I/O Conference di Mountain View, California pada pertengahan Mei 2017,” ungkap CEO Pasienia, Fadli Wilihandarwo, ketika dihubungi, Kamis (20/4).

Kompetisi GBG Stories merupakan kompetisi tahunan yang diselenggarakan oleh Google untuk  menginspirasi para wirausaha mengarahkan bisnisnya ke ranah online. Pada tahun ini, kompetisi diikuti 469 penerima dari banyak sekali negara di dunia, ibarat Brazil, Mesir, Meksiko, Maroko, Nigeria, Pakistan, Peru, Indonesia dan lainnya.

Fadli menyebutkan seleksi kompetisi google dimulai pada final tahun 2016 kemudian dan berlangsung cukup ketat. Dari 496 penerima yang mendaftar selanjutnya disaring menjadi 9 aplikasi terbaik. Kemudian, dari jumlah tersebut diseleksi kembali 3 besar terbaik. Hasilnya, Pasienia berhasil menempati urutan pertama. Sementara posisi kedua dan ketiga  secara berturut-turut, yaitu start up Reblood dari Indonesia dan strat up Croquetero dari Meksiko. Para pemenang diberikan kesempatan berkunjung ke kantor Pusat Google untuk bertemu dengan inovator dan pemimpin bisnis digital.

“Pengumuman pemenang gres 6 April kemarin dan alhamdulilah terpilih menjadi juara pertama dalam ajang kompetisi bergengsi ini. Semoga semakin banyak masyarakat yang terbantu dengan aplikasi Pasienia ini,”papar alumnus Fakultas Kedokteran UGM ini.

Pasienia merupakan sebuah aplikasi berbasis Android yang menghubungkan antar pasien yang tengah dalam masa pengobatan. Melalui aplikasi ini para pasien sanggup mengembangkan informasi  terkait penyakit yang diderita berdasar pengalaman dan pengetahuan dari dokter. Aplikasi ini dikembangkan Fadli bersama dengan tiga rekannya ketika masih menjalani kuliah di UGM, yaitu Dimas Ragil Mumpuni, Haydar Ali Ismail, dan Nur Hildayanti Utami pada 2015 silam dari ajang Innovative Academy 2 UGM.


“Lewat timeline pasien, para pasien dengan penyakit yang sama sanggup saling curhat dan memotivasi satu sama lain. Sementara melalui timeline dokter, pasien juga sanggup berkonsultasi dengan dokter secara online,”jelasnya.

Aplikasi ini telah dirilis di play store dengan lebih dari 7 ribu pengguna dan mendapat rating pengguna 4,2. Hingga sekarang terdapat sekitar 3.500 interaksi antar pengguna yang saling berkomunikasi lewat aplikasi ini.

2. Redblood

Reblood Indonesia, sebuah startup yang didirikan oleh Lenika Sari Njoto Boedioetomo(22) merupakan sebuah aplikasi yang membant masyarakat menemukan informasi seputar donor darah. Aplikasi ini menghubungkan antara PMI dengan rumah sakit dalam lingkup nasional.

Awal mula Leonika tetapkan untuk menjadi entrepreneur atau membangun startup dimulai tahun 2014. Berawal dari mengerjakan project aplikasi untuk bank darah dan rumah sakit, Leonika dan rekan-rekan tetapkan untuk sanggup melaksanakan manfaat yang lebih besar melalui entrepreneurship. Karena kami yakin bahwa entrepreneurship sanggup membawa kesejahteraan lebih terhadap masyarakat luas.

Pengorbanan yang Leonika lakukan terutama ialah waktu dan kesempatan. Leonika menghabiskan waktu yang sekiranya sanggup dipakai untuk diri sendiri (main, nonton, dsb), serta kesempatan untuk bekerja di perusahaan. Tapi Leonika sudah mantap untuk melakoni dunia startup dengan fokus sesudah lulus kuliah.


Berawal dari berita-berita yang sering kami dengar terkait kebutuhan darah oleh pasien di rumah sakit serta kebutuhan darah nasional yang belum terpenuhi setiap tahunnya (hanya terpenuhi 3,8 dari 4,8 juta kebutuhan), kami mencari penyebab-penyebab permasalahan tersebut. Kami menemukan bahwa dibutuhkan waktu yang cukup usang (sekitar 30 menit) untuk melaksanakan pemesanan darah oleh rumah sakit, sebab proses yang masih manual padahal sanggup dilakukan lebih cepat dengan proteksi IT, sehingga lahirlah BloobIS.

0 Response to "Dua Startup Indonesia Yang Berangkat Ke Google Amerika"

Post a Comment

Entri yang Diunggulkan

Tutorial Setting Mikrotik Os = Limit Bandwith,Block Website,Hotspot

Buatlah rancang berdiri sebuah Server yang berfungsi sebagai Server Router, pengatur bandwith, block website dan hotspot jaringan dengan be...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2